Refleksi

Jangan berasumsi terlalu dini.

Biasakan mencari data yang pasti.

Klarifikasi bukan berarti menghakimi.

Terlebih kita tak boleh menilai isi hati hanya dengan prasangka yang terbakar emosi.

Maka sering kali kita jadi lupa diri: masalah ada di mereka, bukan kita.

Terkadang, kita memang tak perlu menilai, tapi mengerti.

Karena tingkatan ukhuwah paling rendah adalah salamatush shadr (lapang dada), sedang puncaknya adalah itsar (mendahulukan kebaikan untuk orang lain).

‪#‎Ikhlaskan‬
‪#‎Istighfar‬

 

(Limo, 30 Agustus 2014)

MERESAPI KENIKMATAN YANG KAMI RASAKAN

Tak ada yang mampu memahami betapa indahnya ukhuwah, nikmatnya dakwah, dan berharganya tarbiyah selain para pelakunya sendiri. Sekiranya di luar kami ada orang yang mencibir, buat apa di tengah kondisi dunia yang semakin semerawut ini kami masih saja sudi berlelah-lelah demi memikirkan kebaikan orang lain dan berpeluh demi kepentingan umat, mungkin saja kami akan tersenyum kala itu, mencoba maklum kepada mereka yang belum mengerti apa yang sesungguhnya tengah kami jalani ini. Kalaulah mereka tahu, sudah pasti mereka akan segera menempatkan diri pada ladang-ladang amal jihad ini tanpa terkecuali, berusaha menjaga nikmatnya hidayah dan tidak rela seandainya Allah mencabut nikmat ini dan menggantikannya dengan orang yang lain. Continue reading “MERESAPI KENIKMATAN YANG KAMI RASAKAN”

JIKA SAAT INI JALAN KITA BERBEDA

Jika saat ini jalan kita berbeda, kuharap ini tak kita jadikan alasan untuk memecah ikatan kita.

Jika saat ini jalan kita berbeda, kuharap selalu yang terbaik untuk kita.

Jika saat ini jalan kita berbeda, kuharap kita tak pernah sesali pilihan langkah yang pernah kita lewati selama ini.

Jika saat ini jalan kita berbeda, kuharap kita berlapang dada ketika menyadari perbedaan jalan ini membawa perubahan yang terjadi pada antara kita nantinya.

Jika saat ini jalan kita berbeda, kuharap setiap momen yang kita tempuh di jalan masing-masing ini akan membuat diri kita semakin dewasa ke depannya.

Jika saat ini jalan kita berbeda, kuharap doa menjadi ekspresi rindu di hati kita saat ingin bersua kembali.

Jika saat ini jalan kita berbeda, kuharap langkah kita membawa kita pada sebuah persimpangan, yang mana akan mempertemukan kita lagi, untuk bercengkarama lagi, mengulas senyum dan tawa di wajah kita lagi.

*Untuk seorang sahabat. Sampai jumpa di masa depan!

[Limo, 5 Maret 2012]

HARGA SEBUAH KEPUTUSAN

Dimuat di islampos.com

Bergerak bersama jama’ah, tak ubahnya seperti bermain sepak bola. Akan sulit mencapai kemenangan sekiranya kita masih disibukkan dengan masalah internal. Entah karena pemain yang tidak mengerti tugasnya, tidak mau bergerak, tidak bisa mengeksekusi bola mati, sampai pada sikap egois yang mau menang sendiri.

Kita memang tak bisa mengelakkan bahwa selalu akan ada masalah internal seiring eksistensi jama’ah itu sendiri. Namun apakah kita akan berlarut pada hal itu? Sementara di waktu yang sama, persoalan umat jauh lebih banyak dan genting untuk segera ditangani.

Bersabar bukanlah diam tak bergerak. Bukan berarti membiarkan kemungkaran berlalu begitu saja di sekitar kita. Bukan pula memasrahkan diri ketika dizolimi. Bukan itu, Saudaraku. Karena sabar adalah Continue reading “HARGA SEBUAH KEPUTUSAN”

Untuk Saudaraku: SEBONGKAH RINDU YANG MENCAIR

Saudaraku, aku merindukanmu…

Kala ingat pertama kita bertemu, di sebuah agenda sekolah. Kau tersenyum dan menyodorkan tangan padaku, sehingga aku dapat mengenali namamu. Sejak itu aku, kau, bersama saudara-saudara kita yang lain berjibaku dengan aktivitas yang menyenangkan, yang mana baru kuketahui itu adalah dakwah.

Kemudian seiring berjalannya waktu, tampuk kepemimpinan pun bergulir. Kau ingat, saat itu kita mendapat kesempatan untuk memimpin! Ya, nama-nama kita masuk sebagai nominasi yang nantinya akan duduk di jabatan-jabatan strategis itu. kulihat, kau begitu berwibawa manakala fotomu terpampang sebagai kandidat. Ah, aku sangat bangga padamu.

Lalu kita pun semakin sibuk. Sibuk dengan agenda-agenda dakwah sekolah. Setelah agenda satu selesai, agenda yang lain menanti. Walau begitu, aku merasa senang. Kenapa? Karena ada kau, saudaraku. Continue reading “Untuk Saudaraku: SEBONGKAH RINDU YANG MENCAIR”

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑